Belajar dan belajar Lagiby, Ellies SutrisnaBerapa sering kita mendengar orang mengatakan, "Ah, saya sudah terlalu tua untuk belajar lagi" atau "Sudah terlambat kalau mau belajar sekarang". Tidak ada kata terlambat untuk belajar.Penulis belajar bermain ice skating (seluncur es) pada usia 38 tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak penulis sangat menyukai permainan seluncur es. Sambil menunggui anak-anaknya bermain, penulis juga ikut mengambil les. Tidak peduli bahwa yang biasanya belajar ice skating adalah anak-anak kecil. Jatuh adalah hal biasa dalam permainan ini. Namun, yang penting adalah bagaimana meminimalkan resiko cedera saat jatuh dan bangkit dari jatuh tersebut.Penulis juga belajar berenang pada usia 42 tahun, dengan mengambil les renang 3 kali pertemuan dalam seminggu. Les dimulai dari latihan dasar, yakni belajar bernapas di dalam air. Dalam 25 kali pertemuan, penulis sudah menguasai semua gaya renang yang ada. Bahkan proses belajarnya lebih cepat dibandingkan dengan mahasiswi yang kebetulan belajar bersamaan.Jadi, jangan pernah beralasan sudah terlambat untuk belajar. Apabila mau maju, Anda juga tidak bisa hanya tergantung dari training atau pelatihan yang diberikan Perusahaan. Banyak orang yang selalu menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan atau kekurangcakapan dirinya. Mereka beralasan, "Perusahaan tidak memberikan saya training, sih". Ingat, a bad worker always blame his tools (pekerja yang buruk selalu menyalahkan perlengkapan kerjanya)Demikian pula apabila diberikan tugas oleh kantor. Banyak yang menolak tugas tersebut dengan alasan tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Padahal banyak sekali buku-buku yang memuat semua informasi yang dibutuhkan. Demikian juga beragam informasi yang bisa dijelajahi di internet atau pilihan seminar yang dapat dihadiri. Jadi, alasan tidak tahu harus dikurangi seminimal mungkin.Apabila perusahaan melihat bahwa Anda adalah orang yang selalu mau belajar dan tidak pernah menolak apa yang ditugaskan maka perusahaan pun tidak ragu-ragu untuk memberikan tanggung jawab yang lebih.Di tahun kesepuluh bekerja di Indonesia, perusahaan meminta penulis untuk memimpin dan mendirikan sebuah perusahaan ISP (Internet Service Provider). Pada masa itu, penulis benar-benar tidak mengerti bagaimana cara kerja sebuah perusahaan ISP, bagaimana cara pemasarannya, dan pertanyaan lainnya. Akhirnya, penulis membeli banyak buku-buku relevan, bahkan komisaris perusahaan pun membelikan buku mengenai internet marketing dari Amerika untuk dibaca. Setiap hari penulis membaca buku-buku tersebut sampai larut malam. Akhirnya penulis mampu mendirikan perusahaan ISP tersebut dengan hasil penjualan yang luar biasa di tahun pertamanya.Selain pengetahuan akan produk atau bisnis, pengetahuan pengembangan pribadi juga harus ditingkatkan terus. Banyak sekali buku-buku bagus untuk dimiliki, dibaca, dan diterapkan. Selama bekerja, penulis banyak sekali membeli buku-buku peningkatan kepribadian, buku manajemen, dan lain-lain. Sebagian besar adalah buku dari luar negeri, baik yang berbahasa Inggris maupun yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indoensia. Memang rata-rata buku tersebut sangat tebal sehingga membutuhkan banyak waktu untuk membacanya.Apabila tidak memiliki waktu banyak untuk membaca berbagai buku, mungkin dapat diakali dengan membeli buku yang berisi tips-tips singkat dan praktis. Buku-buku tersebut berisi ilmu-ilmu yang sudah dibaca dan dipelajari dari buku-buku yang dibeli sejak puluhan tahun yang lalu ditambah dengan pengalaman selama berkarir.(Di sadur dari Buku "5 Jurus Jitu Melejitkan KARIR", karya Ellies Sutrisna)